Selasa, 23 Desember 2014

Asagi



Asagi adalah koi yang mempunyai badan berwarna biru atau biru cerah dengan pipi, perut, dan lipatan sirip berwarna merah. Sisik-sisiknya berwarna biru cerah dan membentuk susunan yang tidak bercacat.

Walaupun Asagi cenderung mempunyai kepala yang ada nodanya, tapi sebenarnya yang bersih tak bernoda lebih disukai. Beberapa Asagi tidak punya warna merah pada perutnya. Warna merah ini konon akan menjalar ke punggung dan menutupi warna biru sejalan dengan umur Asagi.

Asagi dengan bintik merah di kepalanya dina-makan Asagi-Menkaburi (Mask Covered). Lipatan sirip dada yang berwarna merah disebut sirip Shusui. Warna merahnya tidak akan tampak pada punggung. Kajo-Asagi (Dark blue Shusui) adalah Asagi yang warna badannya segelap warna badan koi hi-tam. Narumi-Asagi adalah yang mempunyai pola Narumi, yang menjadi ciri khas dari Asagi. Mizu-Asagi adalah koi yang mempunyai warna paling cerah di antara Asagi. Asagi-Sanke adalah koi yang mempunyai warna punggung biru pucat. Kepala dan bagian atas perutnya terdapat tanda merah, dan bagian bawah perutnya putih susu. Inilah Asagi yang benar-benar cantik.

Shushui


Tahun 1910 Yoshigori Akiyama mengawinkan Asagi-Sanke dengan karper kaca dari Jerman, dan menghasilkan Shusui. Shusui adalah koi yang sisik-nya besar-besar dan kulitnya lembut. Punggungnya berwarna biru gelap dan sangat cantik. Ujung hi-dung, pipi, perut, dan lipatan siripnya berwarna merah terbakar.

Hana-Shusui adalah Shusui yang mempunyai tanda merah pada kulitnya yang biru di antara garis sisik di punggung dan perut. Hi-Shusui adalah Shusui yang warna merahnya cukup luas hingga menutup daerah punggung. Shusui yang berwarna kuning dengan daerah punggung berwarna hijau gelap hingga ungu diberi nama Ki-Shusui. Jika punggungnya mendekati kehitaman dan tidak ada- unsur warna hijau atau ungu, maka koi tersebut bernama Ki-Matsuba-Doitsu. Pearl Shusui diberikan untuk Shusui yang mempunyai sisik punggung yang berwarna keperakan.

Karomo



Koromo diberikan bagi keturunan Asagi dengan Kohaku atau peranakan dari Asagi dengan salah satu Sanshoku. Macam-macam Koromo adalah Ai-goromo (Blue-Koromo), Sumi-Goromo (Dark-Koro-mo), Budo-Sanshoku, Koromo-Sanke, Koromo-Showa (Ai-Showa).

Ai-goromo adalah peranakan Asagi dengan Kohaku. Sisiknya yang berwarna merah mempunyai lingkaran tepi biru yang membuatnya tampak cantik.

Sumi-goromo adalah koi yang warna hitamnya seperti yang tampak pada bercak hitam Kohaku. Pada kepalanya juga terdapat warna hitam ini. Koi yang mempunyai sisik ungu berbentuk seperti dom-polan buah anggur diberi nama Budo-Sanshoku. Koi ini benar-benar indah. Koromo-Sanke merupakan peranakan dari perkawinan Ai-goromo dan Taisho-Sanke. Tanda biru keluar pada bercak merah pada Taisho-Sanke. Koromo-Showa (Ai-Showa) adalah peranakan dari Ai-goromo dan Showa-Sanshoku. Tanda biru keluar dari bercak merah pada Showa-Sanshoku.

Kawarimono


Yang termasuk dalam daftar Kawarimono ada-lah Karasugoi (Dark Koi), Kigoi (Yellow Koi), Chagoi (Brown Koi), Midorigoi (Green Koi), dan Matsuba.

Karasugoi mempunyai badan yang lebih gelap dibandingkan Magoi (koi hitam). Kigoi adalah koi yang mempunyai badan berwarna kuning. Beberapa Kigoi mempunyai mata berwarna merah. Chagoi adalah koi yang berwarna cokelat. Khusus koi yang masih keluarga karper Jerman, tumbuhnya lebih cepat, dan umumnya berukuran besar.

Matsubagoi adalah koi yang seluruh sisiknya berwarna cerah. Matsuba yang berwarna merah gelap disebut Aka-Matsuba. Ki-Matsuba untuk yang kuning, dan yang putih disebut Shiro-Matsuba. Kin-Matsuba dan Gin Matsuba merupakan sebutan untuk keturunan Matsuba dan Ogon.

Midorigoi adalah nama yang diberikan untuk koi Jerman yang mempunyai sisik berwarna hijau kekuningan. Ikan ini hasil ternakan Tadao Yoshioka yang mengawinkan jantan Shusui dan Yamabuki-Ogon. Itu terjadi pada tahun 1965.

Ogon



Ogon adalah koi yang mempunyai badan berwarna emas (golden). Ogon merupakan koi yang di-temukan oleh Sawati dan anak laki-lakinya pada tahun 1946. Pada awalnya, mereka menemukan koiyang garis punggungnya berwarna kuning, yang kemudian dipakainya sebagai induk. la memilih koi yang terbaik, dan setelah empat atau lima generasi kemudian, didapatnyalah koi berkepala emas, dan “berkepala perak, serta koi berwarna kuning. Dengan rnengawinkannya bersama betina Shiro-Fuji, akhir-nya koi bersisik emas dihasilkannya.

Ciri-ciri Ogon adalah sebagai berikut:
  • Kepalanya selalu berwarna keemasan cerah.
  • Sisiknya dihiasi dengan warna keemasan. Koi yang mempunyai sisik lebar pada daerah perut-nya, termasuk jenis yang dicari.
  • Sirip dadanya hams berkilauan.
  • Bentuknya bagus.
  • Warna koi yang bagus tidak berubah menjadi gelap, meskipun suhunya naik.

Nezu-Ogon adalah panggilan untuk koi yang berwarna perak, sedangkan Platinum-Ogon adalah sebutan untuk koi hasil ternakan Tadao Yoshioka (1963) yang merupakan peranakan dari Kigof dan Nezu-Ogon. Sesuai namanya, koi ini mempunyai badan yang berkilauan seperti platinum.

Yamabuki-Ogon adalah sebutan untuk koi yang mempunyai badan berkilauan seperti emas murni. Koi ini merupakan hasil perkawinan Kigoi dan Ogon yang dilakukan Masaoka pada tahun 1957. Orange-Ogon adalah Orange-Hikarimono yang muncul per-tama kali pada tahun 1956.

Koi yang mempunyai kepala yang jernih dan sisiknya berkilauan dan warnanya merah disebut Hi-Ogon. Perkawinan antara Matsuba dengan Ogon menghasilkan Kin-Matsuba. Kin-Matsuba mempunyai sisik timbul yang sangat terang. Kin-Matsuba yang mempunyai sisik seperti platinum dinamakan Gin-Matsuba. Platinum-Doitsu adalah koi Jerman yang mempunyai sisik berkilauan seperti platinum, sedangkan Orange-Doitsu mempunyai badan ber-warna oranye. Mizuhi-Ogon adalah Orange-Ogon yang mempunyai sisik hitam berkilauan pada bagi-an punggungnya.

Hikarimoyo-Mono



Hikarimoyo-monp adalah keturunan dari perkawinan Ogon dengan koi lain (kecuali Utsuri), termasuk juga Hariwake. Yang masuk dalam daftar Hikarimoyo-mono adalah Hariwake, Yamabuki-Hariwake, Orange-Hariwake, Hariwake-Matsuba, Hariwake-Doitsu, Kikusui, dan Iain-lain.

Kanginrin



Yang dimaksud dengan Kinginrin tidak lain adalah koi yang mempunyai tanda-tanda perak di badannya. Beta-gin untuk sebutan koi yang hanya sebagian besar badannya diselimuti warna perak ini, sedangkan yang keseluruhan. badannya berwarna perak dinamakan Tama-gin atau Platinum Ginrin.

Kinginrin-Kohaku adalah Kohaku yang ada unsur warna peraknya. Jika perak ini terdapat pada warna putihnya dinamakan Ginrin, sedang yang tampak pada warna merah dinamakan Kinrin. Umumnya warna perak ini tampak pada punggung-nya.

Kinginrin-Sanke adalah Sanke yang ada peraknya. Dulu warna perak yang tampak ini tidak di-| sukai, karena akan menyebabkan warna merah dan hitam menjadi pudar. Kini Ginrin-Sanke dengan warna merah dan hitam yang cerah malahan diter-nakkan. Kinginrin-Showa adalah Showa yang mem-punyai unsur warna perak, sedangkan Kinginrin-Bekko adalah Bekko yang mempunyai unsur warna I perak.

Tancho




Tancho adalah sebutan untuk koi yang pada sekujur badannya tak terdapat warna merah, tetapi pada kepalanya terdapat warna merah. Pada katagori varietas sudah banyak disebutkan macamnya seperti Tancho-Kohaku, Tancho-Sanke, dan Tancho-Showa.


SEJARAH IKAN KOI





Menurut sejarahnya, orang cina-lah yang per-tama kali menernakkan ikan karper, yaitu sekitar tahun 1300-an. Jika kemudian diberitakan koi mulai ngetop dan diklaim sebagai "produk" jepang tentu ada alasannya.

Pusat pembenihan koi di jepang terdapat di daerah pegunungan ojiya, niigata. Daerah ini ter-kenal sebagai penghasil karper, karena penduduk di ojiya banyak membudidayakan karper untuk lauk mereka sewaktu musim panas. Pada waktu mu-sim dingin, mereka tidak mungkin lakukan karena daerah tersebut tertutup salju. Sebelum cuaca men-jadi dingin, karper tersebut akan menempati kolam-kolam di dalam rumah, dan begitu melewati musim dingin karper tersebut menjadi lauk bagi penduduk ojiya.

Melalui suatu pembudidayaan selama bertahun-tahun, akhirnya diperoleh strain yang berwarna merah atau biru cerah. Itulah yang menjadi titik awal yang menyemangati mereka untuk kemudian mencoba-coba menghasilkan strain-strain yang lebih indah. Akhirnya pada tahun 1870 didapatkan-lah kohaku (merah dan putih), menyusul pada tahun 1910 shiroutsiiri (putih dan hitam) dan kinutsuri (kuning dan hitam), garis keturunan mulai tampak dan merupakan suatu yang tidak bisa di-pungkiri.

Tahun 1930, mulailah ditemukan karper warna dengan garis yang lain. Jika pada awal mulanya hanya satu warna, kemudian menyusul penemuan koi dua dan tiga warna. Adapun koi-koi cantik yang mulai dikenal adalah showa sanke (merah, putih dan hitam). Selain itu muncul juga koi dengan corak lain seperti kinrin (sisik emas), ginrin (sisik perak), dan ogon (emas).

Pada tahun 1904, jerman mengirimkan koi dengan sisik yang tidak lengkap dan bahkan yang tidak bersisik sama sekali, sebagai hadiah kepada jepang. Mereka lantas menernakkan koi jerman ini dengan tipe sisik standar untuk koi, dan hasilnya melengkapi keanekaragaman dasar variasi pada sisik koi. Jika koi warna-warni jepang dikenal sebagai nishikigoi, maka koi jerman ini populer dengan sebutan doitsugoi (koi jerman). Dalam bahasa jepang, nishiki mengandung makna kain yang berane-ka warna, sedangkan goi artinya tidak lain adalah karper. Akan halnya nishikigoi yang akhirnya populer dengan nama koi.

Tanda cinta sang kaisar

majalah tropical fish hobbiest edisi september 1988, memuat tentang asal-usul kata nishikigoi. Menurut sejarah cina, ketika anak laki-laki tertua dari kong-zi lahir pada 533 sm, penguasa kerajaan lu memberinya ikan sebagai hadiah ulang tahun. Ikan itu konon yang kita sebut koi sekarang ini. Kata koi, menurut cara penulisan jepang, memang bisa menimbulkan dua makna yang berbeda. Makna pertama adalah ikan, sedang makna kedua adalah menjadi murni atau sempurna. Dari kedua makna ini, koi bisa diartikan sebagai ikan yang mempunyai garis rapi dan teratur pada sisik di badannya. Dengan lain perkataan, koi merupakan ikan yang benar-benar sangat menguntungkan dan sangat ideal untuk seni.

Cina ternyata mempunyai buku, yang diper-caya sebagai buku pertama dan tertua yang mengu-pas tentang koi, yang bernama yogyokyo. Tata cara pembudidayaan koi, dan semua jenis koi dikupas dalam buku tersebut. Dalam buku tersebut diurai-kan juga tentang koi yang berwarna-warni seperti merah, biru, hitam, putih, dan kuning.

Dengan kata lain terdapat rahasia yang masih tersimpan dalam buku koi yang ditulis orang jepang, seperti hitachi-fudoki atau nishonshoki.

Dalam bahasa jepang antara carp dan love (cinta) mempunyai cara pengucapan yang sama -koi! Dalam buku nishonshoki terdapat cerita yang menarik ten-tang kata koi ini. Ketika kaisar kejkou pergi ke pro-pinsi mino pada februari 94, ia jatuh cinta pada pandangan pertama dengan anak perempuan pange-ran yasakairihiko otohime. Ketika mendengar ke-inginan kaisar kejkou, sang putri menolak dan lari masuk ke dalam hutan. Namun kaisar kejkou tidak kekurangan akal, untuk menarik perhatian pujaan hatinya, ia mengambil ikan yang baru didatangkan dari cina yang ada di kolam penginapannya dan mengadakan jamuan makan ikan. Anehnya sang putri yang semula menolak akhirnya keluar hutan dan menemui dia. Mereka saling jatuh cinta yang dalam bahasa jepang disebut koi. Dari cerita ini orang lantas menyebut koi untuk ikan yang dipakai sang kaisar guna memikat pujaan hatinya.

Bagaimana dengan nama nishikigoi, adakah cerita yang menarik sebelum nama itu melekat dan dikenal untuk menyebut karper warna-warni ini? Dulu orang menyebut koi dengan nama yang ber-beda-beda, misalnya saja mayogoi (karper yang berpola bagus), hanagoi (karper kembang), echigo no kawarigoi (karper unik dari echigo), irogoi (karper warna), dan madarigoi (karper totol). Adalah kei-abe, teknisi di pusat penelitian perikanan niiga-ta yang meneliti dan mengembangkan koi, memberi-nya nama ketika pertama kali taisho sanshoku di-produksi di takezawa-mura pada tahun 1918. Pada waktu itu nama ini tidak populer di kalangan masya-rakat.

Ada dua versi yang dipercaya sebagai asal-muasal kata nishikigoi dikenal luas. Pertama, kata ini mulai dikenal ketika seorang kapten singgah di pusat pembenihan koi setelah usai perang dunia kedua. Saking laparnya ia minta irogoi (karper warna) untuk mengisi perutnya, yang kemudian di-bingungkan dengan kata irokoi yang dalam bahasa jepang mengandung makna nafsu seksual. Dari sini kemungkinan kata nishikigoi mulai dikenal luas. Cerita kedua adalah ketika francis burgoa, kepala markas besar tentara sekutu mengadakan peninjau-an di pusat pembenihan koi di yamakoshi setelah perang dunia kedua. Sejak saat itu kemungkinan kata nishikigoi mulai populer. Dan tentunya kata nishikigoi hanya untuk menyebut ikan yang ber-warna-warni dan bukannya yang satu warna.